Pontianak – NU Katulistiwa. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Profesor KH.Said Aqil Siradj mengatakan, masyarakat Pontianak yang memiliki keberagaman suku dan agama harus dapat menjaga kerukunan. Hal ini agar Kota Pontianak menjadi tempat ternyaman untuk melakukan ibadah bagi segala golongan umat beragama. Pesan tersebut disampaikan olehnya saat mengisi Tausiah Kebangsaan pada acara Pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pontianak. Di Hotel Mercure Pontianak. Selasa,(9/11)
Esensi kerukunan yang ia maksud adalah bagaimana masyarakat Pontianak khususnya masyarakat muslim dapat menjaga amanah yang sudah dititipkan oleh Allah sejak manusia lahir hingga ke liang lahat, amanah yang paling melekat yang dimaksud adalah Amanah Insaniyah (humanity).
“Manusia itu berasal dari kata Annas, Annis yang memiliki arti harmonis, sedangkan agama Islam berasal dari kata salam, taslim, salamatun, yang artinya selamat, maka umat islam harus damai, selamat dan menyelamatkan,”tandas Kiai Said.
Ia menceritakan tentang bagaimana Rasulullah SAW membawa misi Islam di tengah-tengah masyarakat jahiliah. Cara Pertama yang Rasulullh SAW lakukan menurut pemamarannya adalah mendengarkan masyarakat jahiliah dengan ayat Al-Quran. Karena Al-Quran merupakan kunci dari segalanya.
“Waktu Rasulullah SAW melantunkan ayat Al-Quran jelas pada kaget, bagaimana tidak ? Rasulullah SAW seorang yang buta huruf namun di kala itu dapat menyampaikan lantunan yang begitu indah, filsafat, alam semesta, fisika semua termakna dalam Al-Quran, Di saat itu tentu ada yang menerima dan ada yang tidak,” papar Kiai Said.
Menurut pemaparan Kiai Said, Al-Quran adalah Kitab Suci yang paling mudah dihafal meskipun yang menghafal tidak mengetahui artinya. Ia mengajurkan muslim Pontianak untuk menambah hafalan dan mengamalkan Al-Quran.
Yang kedua, cara Rasulullah SAW menyampaikan misi Islam adalah dengan tazkiatunnafs, bagaimana menghilangkan sifat tercela dan menggantinya dengan sifat terpuji. Menurut penjelasan Kiai Said manusia itu memili hawa nafsu, nafsu yang pertama adalah nafsu Ghodobiah, bagaimana manusia ingin merasa paling benar, paling menang, dan paling tinggi, nafsu tersebut dapat membawa pengaruh buruk bagi diri dan lingkungan. Oleh karenanya menurut Kyai Said nafsu Ghodobiah harus diubah menjadi nafsu Himmah.
“nafsu himmah memiliki nilai positif, contohnya keinginan untuk berkuasa di suatu wilayah, seperti menjadi walikota untuk membawa masyarakat dan daerah menjadi lebih baik,”jelasnya
Nafsu yang kedua adalah nafsu syahwatiyah, yaitu nafsu yang menginginkan hidup enak, rumah banyak ,sawah banyak dan lain-lain. Nafsu tersebut menjadikan manusia memiiki sifat tamak dan rakus, sehingga menurut pemaparan Kyai Said, nafsu tersebut harus diubah menjadi Nafsu Azimah. Seperti Sayidina Umar, memiliki banyak harta namun banyak bersedekah, sedekah Sayyidina Umar berupa 700 bahan makanan yang diangkut 700 unta,
“Waliyullah itu kaya dan dermawan, kekayaan tidak bertentangan jika dimanfaatkan untuk hal baik, lha saat ini kebanyakan orang kaya sudah lah pamer pelit lagi,” canda Kaiai Said dihadapan warga Nahdliyin Kota Pontianak.
Ia memaparkan, selama 13 tahun di Mekah Rasulullah SAW hanya memiik 120 pengikut atau yang disebut assabiqunal awalul, mereka adalah orang yang menerima misi misi Islam yang dibawa oleh rasulullah, termasuk yang menerapkan tazkiatunafs. Selanjutnya Rasulullah dan pengikutnya hijrah ke kota Yatrib. Kota Yastrib memiliki penduduk yang beragam termasuk suku dan agama.
“nah saat di Yatrib, Rasulullah menebarkan nilai toleransi dan kerukunan, baik pendatang muslim, orang Yahudi, dan penduduk asli memiliki satu cita-cita dan satu perjuangan, Rasulullah selama 15 tahun berhasil membentuk satu ikatan pribumi Non muslim, pendatang dan penetap, akhirnya yastrib disebut negara Madina,”papar Kiai Said.
Ia menambahkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mendirikan negara Islam dan negara Arab. Namun mendirikan Negara Madinah. Di Setiap khutbah Jum’at yang kedua Rasulullah selalu berpesan, tidak boleh ada permusuhan antar golongan umat kecuali bagi yang melanggar hukum, seperti bos judi, teroris Bandar narkoba, dan koruptor.
“Salam baik baik, non muslim saudara kita, Allah SWT menjadikan setiap umat memiliki kebanggaan masing masing, harus kita hormati. Itulah yang diharapkan oleh NU. KH.Hasyim Asyari mengeluarkan jargon Hubbul Waton Minal Iman, agar masyarakat Indonesia nasionalis dan beriman,”Jelas Kyai Said.
Ia menjelaskan bahwa di timur tengah belum harmonis hubungan agama dan nasionalis, berkat Mbah Hasyim Asy’ari selesai hubungan agama dan negara. Menurut Kiai Said jika tempat yang ditinggali memiliki masyarakat berkepribadian baik, harmonis dan rukun, maka segala golongan umat akan merasa nyaman ketika beribadah.
“Maka dari itu, masyarakat Pontianak perlu hidup rukun agar menjadi tempat ternyaman untuk beribadah bagi semua golongan, apalagi penduduknya begitu beragam,”tutup Ketua Umum PBNU. (Siti Maulida)