Oleh: Ach Tijani
Kandidat Doktor Studi Islam UIN Yogyakarta
UIN Sunan Kalijaga berdiri tahun 1951 dengan nama IAIN Sunan Kalijaga. Untuk menopang hubungan antar agama dan agama dengan negara. Fokus utama, sosial dan pendidikan Islam. Serupa dengan pesantren, bedanya IAIN ditangani oleh pemerintah. Kesamaan yang lain IAIN serupa dengan pesantren tinggi.
UIN Suka telah melahirkan tokoh Nasional seperti Prof. Mukti Ali dan Hasbi As-Shiddiqie. Argumen filosofis almaslahah ammah untuk urusan fiqih. Sementara di sisi lain doktriner-ko saintifik milik Mukti Ali. Jangan takut belajar menepis kebodohan untuk menyemai hubungan kebangsaan yang harmonis.
Berikutnya ada Amin Abdullah terus mendorong berbagai macam perubahan yang kemudian memunculkan paradigma baru keilmuan yaitu, integrasi-interkoneksi yang bertujuan agar mahasiswa tidak terjebak pada paradigma dogmatis. Terbuka dan mengakomudir fakta-fakta sosial yang terkonfirmasi melalui metode ilmiah. Inilah sisi saintifik yang berelasi harmonis dengan dogma. Segala upaya tersebut bukan berarti mengesampingkan doktrin, akan tetapi sebagai upaya mengafirmasi bahwa al-Quran-Hadits sebagai sumber yang berpeluang terbuka untuk menjawab persoalan dunia dan kemanusiaan.
Paradigma integrasi-interkoneksi bukan sekedar jargon, tetapi keberanian untuk membuka segala peluang dalam menyajikan kebenaran obyektif. Hal ini dimaksudkan untuk memahami sejumlah problem sosial tidak selalu persoalan doktriner keagamaan tetapi bisa saja terkait dengan persoalan-persoalan sosial lainnya. Misalnya, ekstremisme, radikalisme dan jihadism tidak bisa hanya didiskusikan dari narasi doktiner belaka. Harus ada keberanian melampaui.
Integrasi-interkoneksi adalah keberanian membawa persoalan material pada diskusi teoritis akademis dalam wacana dan perdebatan kekinian. Artinya, UIN Suka bersama mahasiswanya harus menjadi bagian dari dunia. Pada tataran ekspektasi yang lebih konkret adalah kemampuan menjawab segala persoalan secara logis, emperis dan komprehensif.
Menjadi ilmuan snagat sederhana, sebatas menjelaskan secara logis tanpa masuk pada ranah profesi tertentu. Jadi ilmuan tidak sama dengan profesi tertentu, bukan mencampuri guru, mufassir, hakim dan profesi apapun. Ilmuan adalah orang yang jujur dengan segala data dan argumennya.
Culture of research adalah inti dunia akademis di UIN Suka, bukan untuk merecoki siapapun apalagi masyarakat luas. UIN Suka sebagai problem solving bukan sebagai problem maker