Oleh: Ach Tijani
Pengurus Lakpesdam PCNU Kota Pontianak
Baca : Ngaji Media (2) : Gradasi Penikmat Media
Perbincangan seputar media untuk saat ini dapat dibilang cukup tepat, mengingat intensitas semangat bermedia masyarakat Indonesia saat ini tergolong tinggi. Tercatat dalam laporan penelitian Studi Fenomenologi Perilaku Masyarakat Pengguna Smartphone di Kota Pontianak oleh Budiyono (Ketua Lakpesdam PCNU Pontianak) menunjukkan intensitas yang tinggi dengan durasi penggunaan smartphone lebih dari delapan jam per hari. Laporan tersebut juga cukup untuk menjadi dasar bahwa penggunaan smartphone menunjukkan adanya semangat yang tinggi masyarakat dalam menyerap informasi melalui smartphone sebagai bagian dari perkembangan teknologi.
Pada bagian sebelumnya, relasi pertumbuhan teknologi dan metamorfosa media informasi dan kondisi pengguna teknologi memetakan gradasi penikmat media menjadi dua kelompok generasi, yaitu old generation dan new generation, berikutnya sebagai gagasan pribadi penulis adalah today generation. Dua kelompok masyarakat penikmat media telah dijabarkan singkat pada bagian sebelumnya, sedangkan pada bagian ini, saya akan mencoba menguraikan generasi ideal atau saya sebut dengan today generation.
Mengandaikan kondisi ideal bukan perkara mudah, didalamnya terdapat dinamika diskursif antara fakta dan espektasi. Dari kondisi faktuil, old dan new generation dan sejumlah kegagapan dan kekurangannya telah menyajikan suatu kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Taqlid a’ma (menerima tanpa argumentasi) segala bentuk informasi yang disajikan media betul-betul menjadi suatu kondisi yang telah menjarah ruang nalar generasi lawas. Pada kondisi seperti ini yang muncul ke permukaan adalah lonjakan-lonjakan emosional, seperti munculnya kebencian secara berlebihan atau rasa suka yang berlebihan terhadap obyek yang diinformasikan oleh media.
Sementara yang terjadi pada new generation terperangkap dalam kemolekan pertumbuhan teknolgogi dan sama sekali mengabaikan konten informasi yang disampaikan oleh media. Generasi ini lebih suka memanfaatkan media hanya sekedar obral diri. Maka tidak jarang generasi baru tidak dapat mengembalikan fungsi media, bahkan mereka cukup puas dieksploitasi tanpa syarat oleh para pemilik media dan pemangku kepentingan. Lihat saja, aplikasi-aplikasi memalsukan muka lebih banyak dipilih oleh kalangan muda, ketimbang menangkap informasi untuk kepentingan masa depannya. Mereka terus digiring menjadi generasi pelupa, lupa sebagai generasi penerus kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dua situasi yang sama-sama tidak menyenangkan tentu dengan segala potensinya perlu mendapatkan perhatian untuk diarahkan ke jalan yang lurus (shiratol mustaqim). Kemahiran generasi baru memainkan perkembangan teknologi satu sisi adalah potensi yang tidak dimiliki oleh generasi lawas. Seperti halnya adanya perhatian serius generasi lawas terhadap politik, sekaligus adalah potensi yang tidak dimiliki oleh new generation. Namun perhatian old genartion tidak terarah bahkan cenderung tidak dimengerti oleh dirinya sendiri. Terjadilah debat kusir tidak menentu, saling menyikut tanpa tujuan dikendalikan oleh mereka para petarung sebenarnya.
Jika old generation banyak dikendalikan oleh politisi, di sisi lain new generation dieksploitasi oleh para pelaku industri. Gaya berpakaian, makan dan mencari hiburan menjadi segmen paling empuk dalam menjegal potensi kaum muda. Terjadilah saling pamer kemuflase kebahagian di laman media sosial, foto yang paling nyentrik dianggap paling mantap. Begitulah orientasi hidup new genartion diarahkan.
Dengan demikian, today generation sejatinya sangat sederhana, yaitu generasi yang mampu meramu informasi menjadi hal yang paling bermanaat untuk diri. Jika memungkinkan berfikirlah untuk memberi manfaat bagi orang lain. Jika belum mampu, cukuplah menjauh dari prilaku nyinyir dan alay. Anda mampu berbuat seperti itu? Kalau iya, Anda adalah bagian dari prototipe today generation. Inilah gradasi paling tinggi dari penikmat media. Wallahu ‘alam bil showab.