Semarang – NU Khatulistiwa, Eksistensi perempuan pada dasarnya tidak terbatas pada persoalan tanggungjawab biologis moral semata. Peran perempuan di ranah publik harus dijawab oleh Muslimat NU di seluruh Indonesia. Demikian inti diskusi Muslimat NU Semarang saat menyambut kedatangan Muslimat NU Situbondo di TAK Tarbiyatul Athfal 1 jalan Parangkesit Tlogosari Semarang (13/11).
Rombongan Bu Nyai dari jawa timur tersebut antusias bertukar informasi dan pengalaman berorganisasi. Kepada rombongan dari Situbondo Ketua Pimpinan Cabang Muslimat NU Semarang Muslimatin Djatmiko menyatakan bahwa dengan TK Tarbiyatul Athfal 1 dipilih sebagai tempat untuk pertemuan karena selain dekat dengan Masjid Agung Jawa Tengah, TK tersebut juga memiliki ruang konsultasi penanganan kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
Hasanah Thohir mewakili Ketua PC Muslimat NU Situbondo yang berhalangan hadir menyampaikan terima kasih atas sambutan dari para Bu nyai di kota lumpia. Selain itu Hasanah juga menyampaikan kegiatan yang dilakukan oleh para Bu nyai Situbondo dalam menyambut hari pahlawan nasional
“Terima kasih untuk sambutan dari Muslimat Semarang, tadi baru keluar dari mobil lihat seragamnya sama itu sudah seneng.” Kata alumnus PP Salafiyah Syafi’iyah Sidorejo membuka sambutan. Ia menerangkan pentingnya Ruhul jihad di kalangan Bu nyai NU, “KH Raden Asad Syamsul Arifin itu tokoh NU yang menjadi pahlawan nasional. Kita semua tahu bahwa gelar pahlawan itu tidak begitu penting. Terlebih bagi beliau-beliau yang sudah gugur. Namun memberikan pemahaman bahwa kiai itu juga berjuang untuk kemerdekaan Indonesia itu penting untuk generasi penerus bangsa ini. Ketika negara gonjang-ganjing yang bisa menentramkan ya NU” Kata perempuan yang dulu aktif di Fatayat itu mantab. “Hari pahlawan kemarin kita di Situbondo mengadakan workshop untuk menumbuhkan ruhul jihad. Istilahe kok medeni me yo.. (istilahnya kok menakutkan ya..) katanya dalam bahasa Jawa. “Ruhul jihad ini penting untuk menyadarkan bahwa para kiai di zaman dulu banyak mengambil peran dan keputusan penting dalam kehidupan bernegara” terang aktivis yang saat ini menjadi anggota dewan di Situbondo. Ruhul jihad tersebut diharapkan dapat memberikan efek tersendiri bagi para Bu nyai untuk dapat berperan di berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. “Selain perjuangan induk kita menegakkan Aswaja an Nahdliyyah banyak sekali persoalan yang perlu diperhatikan. Narkoba, free sex, KDRT hoax, dan sebagainya”. Katanya menegaskan.
Dalam dialog yang berlangsung hingga sore tersebut PC Muslimat NU Semarang menyampaikan bahwa Muslimat NU Semarang selalu bersinergi dengan pemerintah kota Semarang. Penanganan KDRT dari tingkat cabang (kota) hingga tingkat ranting (kelurahan) dengan konsultasi tertutup, bekerja sama dengan BNN membentuk Laskar Anti Narkoba Muslimat NU Semarang yang bergerak dari pesantren hingga sekolah, bahkan untuk makanan yang dijajakan di PAUD, TK binaan Muslimat NU Semarang dikontrol dengan baik, penyebaran paham radikal yang berkembang melalui radio maupun jejaring sosial dan sebagainya diantisipasi melalui pengajian jaga gawang aswaja. (Abdullah Hamid)