Home / Mutiara Sufi / Kisah Nabi Daud a.s dan Hari Sabtu

Kisah Nabi Daud a.s dan Hari Sabtu


Oleh:Maryadi Jojo.

Nabi Daud adalah Nabi yang utus di muka bumi oleh Allah swt sebagai seorang khalifah. Nabi Daud ialah nabi yang menggantikan Raja Thalut untuk menguasai kaum Bani Israil. Nabi Daud adalah Raja yang dikenal arif dan bijaksana. Dibawah pemerintahannya, Bani Israil hidup sejahtera dan setosa. Sementara kaum Bani Israil ialah kaum yang tidak pernah puas atas karunia dari Allah swt. Kaum Bani Israil sendiri ialah kaum yang dikenal sebagai kaum yang sering mengingkari janji. Jika hari ini mereka berkata rela berjuang di jalan Allah, maka ketika tiba penagihan janjinya mereka malah berpaling dan merasa tidak pernah mengatakan janji yang pernah mereka ucapkan.

Kisah berikut yang berjudul Nabi Daud a.s dan hari Sabtu ini mengisahkan Nabi Daud dan kaum Bani Israil yang mengukim kota Aliah dalam riwayat lain dikenal sebagai Aliat dan juga adapula yang mengatakan sebagai kota Ayilah. Kaum Bani Israil yang mengukim kota ini, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Namun, penduduk kota ini malah mengingkari ketetapan Allah yang dibawah Oleh Nabi Musa as, terkait adanya hari dalam seminggu yang ditetapkan agar engkau beribadah kepada Allah swt. Hari itu ialah hari Jum’at. Dengan kecongkangannya  penduduk Aliat ingin mengganti hari peribadatan ini ke hari sabtu.

Di sebuah kedai di kota Aliat sedang asyik para pembesar Bani Israil bersenang-senang dengan rencana kufur yang telah mereka rencanakan.
“Apa yang terjadi pada kalian…?” kata Yahuda, “Aku lihat kalian bingung dan ragu… bukankah kalian di sini berada di tengah-tengah masyarakat sendiri…? Mari satukan langkah dan kita tentang peraturan pemerintah.”
“Benar Yahuda” sambung yang lain. “Kau tahu kami bukan pengecut dan cecurut. Tapi, apa yang akan kita katakan kepada Daud, jika ia tahu kita tidak mau beribadah bersamanya di hari Jum’at? Kita tidak tahu apa yang akan ia lakukan ketika ia tahu kita mengganti hari ibadah ke hari sabtu tanpa seizinnya”
“Dia pasti setuju”
“Darimana kau tahu Yahuda?”
“Kita mengganti hari peribadatan kita demi kepentingan pekerjaan kita. Ikan jarang sekali mendekati pantai. Sementara kira harus menangkapi ikan-ikan itu saat menepi.., ini hak kita. Sementara ibadah bisa dikerjakan kapan saja. Yang jelas setelah kita menangkap ikan dan mendapatkan ikan..” kata Yahuda meyakinkan.
Ketika sedang asyik membicarakan hal ini tiba-tiba seorang pria tanggung datang tergopoh-gopoh member tahu bahwa Nabi Daud telah datang. Mereka segera keluar menemui Nabi Daud. Mereka ingin mengetahui reaksi Nabi Daud terkait rencana mereka untuk mengganti hari ibadah pada hari Jum’at ke hari sabtu.
“Bedebah kalian” hardik Nabi Daud, “Apakah kalian hendak berpaling dari perintah Tuhan, dan menetapkan hukum sendiri yang bertentangan dengan perintah-Nya”

“Nabiyullah, hari jum’at tidak tepat untuk digunakan beribadah. Kami bekerja keras selama seminggu hingga badan kami terlaluh lelah untuk beribadah pada hari jum’at. Kami ingin melepas lelah pada hari jum’at dan beribadah pada hari sabtu” bantah Bunyamin
“Bukankah Allah telah mengingatkan kita akan hari sabtu, mengapa kalian ngotot untuk beribadah pada hari itu?” Kata Nabi Daud.
“Pokoknya kami hanya mau beribadah pada hari sabtu” tegar Yahuda melawan.
“Saudara-saudara sekalian.., aku ingin mengingatkan kalian akan murka da azab Allah yang sangat pedih. Kalian sudah sering menghianati Nabi-nabi kalian sendiri. Kalian gemar berbuat maksiat dan kemungkaran. Apakah kalian lupa dengan nikmat yang telah Allah anugerahkan? Apakah kalian lupa bagaimana Allah telah menyelamatkan kalian dari Gholiat, sehingga kalian bisa hidup tentram bersama anak dan isteri Anda? Allah telah membukakan pintu-pintu rezeki serta menghancurkan musuh kalian. Kalian benar-benar hidup sejahtera. Bersyukurlah kepadanya dan berhentilah berbuat kerusakan di muka bumi. Negeri akhirat dan Ridho Allah lebih baik bagi kalian dibanding dunia berikut seluruh isinya” nasihat Daud mengingatkan mereka.

Mendengar nasihat ini Bani Israil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok orang-orang yang sadar. Mereka menangis karena takut kepada Allah dan kembali kepada beriman. Nasihat Nabi Daud telah membuat mereka sadar. Kelompok kedua ialah mereka yang menentang. Mereka berpikir Nabi Daud tidak menghendaki mereka hidup sejahtera dan hanya mengfokuskan hidup pada ibadah semata. Mereka tidak ingin kehilangan harta dan kekayaan. Kelompok ketiga ialah kelompok yang kebingungan. Mereka memperhatikan kelompok pertama , tetapi juga mencermati kelompok kedua. Akhirnya mereka mengikuti kelompok yang menjanjikan harta dan kekayaan dunia pada mereka.
Kota Aliat ialah kota yang sebagian besar penduduknya adalah nelayan kecil yang selalu hidup sederhana dan memimpikan untuk hidup kaya. Bunyamin memanfaatkan kondisi ini. Setelah Nabi Daud pergi. Bunyamin membagi-bagikan uang, pakaian, dan berbagai kebutuhan hidup lain untuk menarik simpati masyarakat dan menambah pengikutnya. Hal ini membuat masyarakat mematuhi perintah Bunyamin. Mereka tidak melaut pada hari jum’at dan juga tidak beribadah pada hari sabtu. Mereka takut kepada Bunyamin, bukannya takut pada perintah Allah swt. Setan telah membuat mereka tersihir.
Tindakan Bani Israil ini membuat Allah swt murka. Allah kemudian memerintahlan Nabi Daud untuk melarang orang-orang melaut pada hari sabtu. Allah juga  membuat ikan-ikan mendekati bibir pantai pada hari sabtu hari dimana mereka dilarang untuk menangkap ikan. Hal ini sebagai balasan karena mereka memperturutkan hawa nafsu dan menyalahi aturan-Nya yang telah ditetapkan.
Mensiasati perintah Allah
Bunyamin memiliki seorang putra yang bernama Amdan. Amdan ialah pemuda yang tidak pernah memenuhi panggilan untuk beribada sehingga ia kufur dan jauh dari Allah. Amdan sangat gemas melihat ikan-ikan yang bergerombol pada hari sabtu yaitu hari dimana mereka tidak diperbolehkan menangkap ikan.
Sebagai kepala Nelayan, ia tidak ingin mengecewakan jabatan yang ia telah pegang kepada para nelayan lain yang telah sekian lama tidak mendapatkan ikan. Sesungguhnya Allah swt menguji hambanya agar mereka bertaubat. Amdan kemudian berpikir keras hingga terbesit ide licik di kepalanya.
Ia membuat jarring yang amat besar yang dapat menutupi ¾ bibir pantai. Karena ia dilarang melaut pada hari sabtu, ia memasang jaring itu pada malam sabtu lalu mengambil jaring pada hari Ahad pagi.
Pada pagi ahad yang telah ia nanti. Amdan memanggil semua nelayan agar ikut bersamanya ke laut. Ajaib! Mereka mendapatkan hasil yang amat melimpah. Nelayan yang lain sampai terheran-heran dengan hasil tangkapan yang didapatkan. Dengan sombongnya, Amdan menceritakan ide liciknya kepada nelayan lainnya. Nelayan lain akkhirnya mengikuti apa yang telah dilakukan Amdan. Namun, mereka tidak saja puas dengan hasil yang mereka peroleh. Hal ini disebabkan karena ikan sebagian besar di monopoli oleh Amdan.
Mereka akhirnya merencanakan untuk membunuh Amdan agar hasil tangkapan ikan kepada semua nelayan merata. Azab Allah mulai  Nampak. Kekacauan terjadi dimana-mana. Manusia hanya mengikuti hawa nafsunya dan lupa akan Tuhan yang menciptakan mereka. Kelompok yang taat dan kelompok fasik terpisahkan oleh tembok besar agar tidak terjadi pertumpahan darah.
Hingga pada suatu malam yang sangat mencekam langit Nampak begitu menakutkan dan laut seakan mengamuk. Tidak ada seorang pun yang berani keluar rumah. Namun, setelah pagi menjelang badai itu kemudian sirna tergantikan oleh sinar mentari yang hangat. Angin bertiup tenang dan laut menampakkan kesejukan. Orang-orang keluar untuk mencari nafkah..tetapi ada yang aneh dari balik tembok orang-orang yang ingkar kepada Allah swt.  Jalan-jalan Nampak sepi, dan semua rumah tertutup rapat. Orang-orang yang penasaran mencoba memanjat dinding rumah, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Allah telah menampakkan kemurkaannya. Malam itu saat badai melanda orang-orang mengunci pintu mereka dengan rapat dan mereka  mendadak beruba wujud menjadi kera dan babi. Kaum mukminin mengetahui bahwa saudara mereka yang kufur telah dirubah menjadi kera jantan dan betinah. Sedangkan orang tua mereka dirubah menjadi babi jantan dan babi betina (al-Maaidah [5]:60).
Bani Israil bertahan dalam wujud itu selama tiga hari, tanpa makan, tanpa minum dan tidak bersetubuh. Inilah balasan bagi mereka yang mendurhakai Allah dan mempertontonkan kesombongan di muka bumi.
Semoga bermanfaat NU Khatulistiwa.

Check Also

Rais Syuriyah PWNU Kalbar Hadiri Pelantikan IPNU dan IPPNU Kabupaten Ketapang

Ketapang – NU Khatulistiwa, Pimpinan Cabang IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar …

Tinggalkan Balasan