Alhamdulillah tulisan bagian ke 3 ini bisa berlanjut, setelah cukup lama tidak tersambung, tulisan bagian ke 2 terakhir diposting tgl 12 Desember 2016/12 Rabi’ul Awal 1438 H disebabkan berbagai kesibukan dan kegiatan lainnya.
Memahami dan mengerti al-Qur’an tidak cukup dengan terjemahannya, tapi perlu penjelasan dan tafsir. Salah satu tafsir al-Qur’an adalah apa yang ada pada diri Nabi Muhammad Rasulullah SAW. sebagaimana pernah dijelaskan
وانزلنا اليك الذكر لتبين للناس ما نزل اليهم
“Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) adz-Dzikr (al-Qur’an) agar engkau menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka”. (QS. An-Nahl, 16: 44).
Nabi Muhammad SAW menjelaskan al-Qur’an dengan ucapannya, perbuatannya, atau taqrirnya, dan inilah yang dinamakan hadis. Itulah sebabnya para ulama tafsir merumuskan kaedah bahwa salah satu syaratnya bag penafsir al-Qur’an adalah harus mengerti Hadis dan Ilmu Hadis.
Secara praktis memahami al-Qur’an adalah mengerti sejarah perjalanan kehidupan Rasulullah SAW. Misalnya ayat-ayat tentang sikap terhadap orang-orang kafir, penjelasan dan contohnya ada pada sikap, perilaku dan hubungan Nabi SAW dengan mereka, baik ketika di Mekah maupun di Madinah. Ini semua terekam dan tercatat dalam Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW.
Secara rinci hubungan atau fungsi hadis terhadap al-Qur’an dijelaskan oleh para ulama dalam beberapa bentuk, antara lain:
(1) Bayan at-Tafsir, yakni hadis menjelaskan maksud al-Qur’an. Penjelasan ini terdiri atas 3 macam, yaitu (a) Bayan at- Tafshil, (b) Bayan at-Taqyid, dan (c) Bayan at-Takhshish.
(2) Bayan at-Ta’kid, yakni hadis menguatkan atau mempertegas apa yang diungkapkan dalam al-Qur’an.
(3) Bayan at-Tasyri’, yakni hadis menetapkan hukum yang tidak ada dalam al-Qur’an.
Penjelasan secara rinci tentang hubungan hadis dengan al-Qur’an serta istilah tersebut dan contohnya akan diuraikan pada bagian berikutnya. Wallahu A’lam bi ash-Shawab.
Insya Allah bersambung ………
Dr. Wajidi Sayadi, M.Ag
Wakil Rais Syuriah PWNU Kalbar