Kehadiran Raja Salman ke Indonesia menjadi sorotan dunia. Dua negara dengan penduduk mayoritas muslim ini menegaskan kerjasama melalaui penandatanganan MoU berbagai bidang.
Kunjungan balasan Sang Raja patut dijadikan catatan, bahwa Arab Saudi bukan sebagai negara yang ekslusif dengan sentimen kemadzhaban dan keagamaan. Justeru Arab Saudi sedang berkampanye mengenai pentingnya agama sebagai pengendali perdamaian dunia.
Dalam point pidato Raja Salman di depan wakil rakyat di Gedung DPR/MPR ditegaskan pentingnya koordinasi dalam menciptakan keamanan dan perdamaian dunia. Ini sebagai jawaban tentang maraknya terorisme, benturan peradaban, tidak menghormati kedaulatan negara yang kadang hadir sebagai intervensi dalam negeri.
Ajakan Raja Salman untuk menyatukan barisan dalam melawan terorisme dan benturan peradaban ini menunjukkan betapa pentingnya Islam ramah. Sebab selama ini, imbas dari gerakan terorisme adalah citra Islam menjadi buruk.
Ada kesan yang tidak tepat selama ini, bahwa terorisme identik dengan Islam. Dan Islam identik dengan Arab. Raja Salman sedang berakrobat dalam melakukan selebrasi perlawanan terorisme itu sebagai sebuah jawaban nyata.
Yang menjadi unik adalah kehadiran Raja Salman dengan serangkaian agenda di Bogor, Jakarta dan Bali. Tiga destinasi Indonesia ini memiliki pelajaran yang sangat luar biasa. Sebab kearaban dan keislaman Raja Saudi sudah tidak lagi disanksikan lagi. Karena simbol Islam ada di tangan Sang Raja.
Maka melihat kehadiran Raja Salman ini hanya sebatas isu ekonomi dan penambahan kuota haji, terlalu sempit. Ada pesan yang lebih besar dari itu dengan tiga kepentingan Islam dan perdamaian dunia.
Pertama, bahwa Raja Salman menyampaikan pesan Islam ramah sebagai wajah nyata Islam titisan Rasulullah Saw. Islam bukan agama marah-marah yang isinya hanya perang, bom dan aksi-aksi jalanan. Tapi Islam mampu bernegosiasi dengan dunia.
Kedua, Islam dengan simbol Arab Saudi tegas melawan segala bentuk terorisme dan intervensi kedaulatan negara (urusan dalam negeri). Itulah yang perlu dibaca secara bijak. Jangan ada kesan bahwa semua kegiatan terorisme diidentikkan dengan kegiatan pesan keislaman.
Dan ketiga, pesan modernisasi kebudayaan Islam sebagai pengembangan peradaban komunikatif. Peradaban Islam dicipta bukan untuk dibenturkan dan dijadikan alat konflik. Sejak peradaban Islam dibangun oleh Rasulullah sudah diarahkan untuk membangun perdamaian dunia.
Itu pesan Nabi Muhammad sejak hijrah dari Makkah ke Madinah dengan Al Watsaiq Al Udzma (piagam Madinah). Apa yang dijalankan Raja Salman hadir di Indonesia ini menjadi sebuah jawaban dan sekaligus PR baru dalam menjadikan Islam sebagai agama ramah.*)
M Rikza Chamami
Dosen UIN Walisongo Semarang & Sekretaris Lakpesdam NU Kota Semarang