Kala membaca tiap-tiap bait Lagu Tuhan Maha Cinta, yang dilantunkan Nidji yang menjadi judul tulisan ini, terasa sekali pesan yang disampaikan bahwa kasih sayang Allah SWT meliputi semua makhluknya, dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun. Lirik lagu tersebut sebagian berbunyi demikian, “ … Damaikan jiwamu dengan cinta Dia, Memberi yang ikhlas kepada yang butuh, Bersyukurlah terus tanpa kenal waktu …” Bahkan Ia menyatakan selalu berada dalam hati manusia, apapun keadaan manusia, tameng-tameng keduniaanlah yang menghalangi kedekatan manusia dengan-Nya. Tameng itu bisa berupa berlimpahnya harta, pangkat dan status sosial, ilmu yang merasa lebih dari lainnya bahkan dengan kesehatan dan kebugaran tubuh yang ada. Dengan kondisi ini merasa lebih hartakah ia sehingga sibuk menghitung-hitung menyebabkan bakhil, merasa lebih ilmunyakah ia sehingga menilai rendah orang lain, merasa tinggikah pangkat dan jabatannya sehingga semuanya dapat dijadikan budak dan pembantu. Meskipun demikian, Dia selalu menjawab masalah kita dengan cinta-Nya. Cinta yang melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, cinta yang melebihi kebahagiaan seorang ayah yang mendapatkan anak pertama, cinta seorang kekasih yang bertemu setelah sekian lama tidak bersua.
Uraian menarik oleh Nasaruddin Umar dalam kaitannya dengan memahami makna kasih sayang Tuhan dengan merujuk pada bacaan basmalah. Nama al-Rahman dan al-Rahim adalah asma Allah yang paling sering disebutkan di dalam al-Quran setelah kata Allah (2.698), Rabb (966), Ilah (209), baru kemudian al-Rahim (114), dan al-Rahman (57). Al-Rahman dan Al-Rahim menurut beliau mengandung makna untuk menjustifikasi bahwa sesungguhnya Allah SWT lebih menonjol sebagai Tuhan Keibuan atau Kelembutan (The Mother of God) ketimbang Tuhan Kebapakan atau Kejantanan (The Father of God).
Kasih sayang Allah SWT kepada makhluknya ditunjukkan dengan keunggulan yang diberikan baik secara fisik maupun psikis, diberikan daya nalar untuk maju, berkembang dan baik (QS. 17: 70) disediakan-Nya berbagai fasilitas untuk kemakmuran dan pertahanan hidup manusia itu sendiri, ditunjuk-Nya sebagai khalifah dengan membawa misi bagi kemuliaan manusia itu sendiri pula (QS. 2: 30), bukan membawa misi lain, bukan membawa misi untuk keselamatan yang semu tapi untuk kebahagiaan yang berdampak dunia dan akhirat. Dijanjikannya syurga bagi kebaikan dan neraka bagi keburukan. Tidak terhitung lagi nikmat yang diberikan-Nya kepada makhluknya. (QS. 16: 18) namun pada kenyataannya tidak sedikit makhluknya yang membangkang perintah-Nya, menganjurkan larangan-Nya. Seakan-akan dipundaknya mampu mengemban tiga, empat hingga banyak amanah. Kondisi manusia semacam ini dikecam Allah SWT dengan bahasa zhaluman jahula (zalim dan bodoh). Namun lagi-lagi Allah SWT sebagai ditemukan pada tafsir Jalalain, QS. 16: 18 mengandung makna jika manusia tidak sanggup menghitung-hitung nikmatnya, yang ada malah mengingkarinya, Allah SWT tetap membukakan pintu ampunannya bagi orang yang mau bertaubat. Bertaubat dengan menjalankan arti yang sesungguhnya, menyesali apa yang telah dilakukan, berjanji tidak mengulangi, mengisi aktifitas berikutnya dengan amal shaleh, jika berkaitan dengan dimensi kemanusiaan maka diselesaikan secara baik. Disakiti namun dimaafkan, demikiran gambaran sayangnya Allah SWT kepada makhluk-Nya.
Pernahkah kita mendapatkan sesuatu yang begitu lama sudah kita mohonkan yang sebenarnya sudah kita lupakan, pernahkah kita mendambakan sesuatu yang tidak terlalu lama kemudian sudah tersedia di depan kita, pernahkah kita mendapatkan sesuatu yang tidak disangka-sangka? Pernah, maka itulah salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT yang begitu cinta dan sayangnya meliputi makhluk-Nya dan mengalahkan murkanya. Ia Maha Cinta, Kemurahan dan Kedermawanannya dicurahkan untuk ciptaan-Nya.
Selanjutnya adalah tugas kita untuk mentransfer cinta Tuhan ini kepada sekitar kita, dengungkan kalimat-kalimat yang penuh cinta, bergaullah dengan rasa cinta, ingatkanlah dengan penuh kasih, berilah tanggapan tanpa kebencian, meskipun berat tetapi manakala satu saja sudah mampu kite terapkan, mudah-mudahan itu memancing bergairahnya turun cinta-cinta lainnya sebagai wujud dari cinta Tuhan itu tadi.
Dikisahkan seorang tukang pangkas rambut yang sedang melaksanakan profesinya, tidak lama kemudian lewat seorang yang penampilan rambutnya panjang dan acak-acakan, kumisnya tidak terurus, janggutnya tidak sedap dipandang mata, muncul komentar langganannya yang sedang dicukur rambutnya, “mengapa anda tidak memanggil orang itu untuk dicukur rambutnya, dirapikan kumis dan janggutnya?”, Tukang pangkas menjawab, “saya sudah lama berprofesi ini disini dan sudah dikenal, saya menunggu siapapun yang datang dan sekedar memanggil mereka untuk merapikan rambut dan kumisnya disini, saya standby di sini, selanjutnya adalah mereka yang merasa berkepentingan untuk datang kesini, jika mereka tetap dalam kondisi semrawut seperti itu, tentu itu adalah keinginan mereka”.
Sepertinya sikap keberagamaan kita ada yang seperti ini, belum melaksanakan haji merasa belum ada panggilan Allah SWT sementara ekonomi berlebih, tenaga kuat dan perjalanan aman. Tuhan yang Maha Kasih telah menyediakan berbagai fasilitas dan keistimewaan untuk tempat dan waktu. Fasilitas ini harus dimanfaatkan untuk menjadi orang yang dekat dengan-Nya.
Kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada makhluk-Nya adalah bentuk bahwa Tuhan Maha Cinta. Mudah-mudahan kita dapat mewujudkan cinta-Nya ini untuk sesama. Semoga**
Oleh: Sholihin HZ (Kepala MTs Aswaja Pontianak )