Home / Opini / NU dan Media

NU dan Media

Media merupakan salah satu lahan strategis untuk berdakwah. Mengingat era cybernetic sudah benar-benar di mulai. Pelosok desa yang pada milenium 200-an nyaris sulit menemui anak SMP bahkan SMA yang memegang telepon genggam, kali ini anak SD baru lulus TK sudah memegang hp yang zaman dahulu dianggap tidak masuk akal. Perubahan dan pergeseran zaman memang begitu cepat, begitu juga leju gerak perkembangan media begitu melesat. Hingga, ketika memasuki abad 21, nyaris semua muda-mudi sudah bisa mengaplikasikan perangkat-perangkat lunak media. Maka tak heran jika media akan terus merengsek naik ke derajat keseksian yang tinggi. Ia merambah kemana-mana, dari kota sampai ke pelosok desa semua mulai demam dengan fitur-fitur komunikasi yang ekstra canggih. Pesan singkat sudah tidak begitu bergantung kepada ponsel genggam yang biasanya untuk sekedar mengirim pesan singkat (SMS), tergeser oleh aplikasi yang lebih irit dan lebih cepat di dukung dengan fasilitas mutahir yang di gandrungi oleh semua kalangan. Akibatnya adalah, kepekaan serta keterbukaan terhadap media sudah merupakan fardhu kifayah bagi suatu golongan bahkan bisa jadi fardhu ain.

Realitas media yang begitu kuat ini telah mencengkram semua golongan tak terkecuali anak-anak muda NU. Dimana kader-kader NU yang dulunya sebagai anak-anak tradisional, kali ini sudah mulai di bawa naik oleh media ke level manusia modern seutuhnya-mungkin. Sadar akan begitu seksinya media era ini, membuat media tidak hanya menjadi lahan komunikasi dan membangun relasi, dengan sendirinya media bermetamorfosis kedalam berbagai wujud. Selaian sebagai lahan komunikasi, media juga menjadi wadah untuk menyebarkan fitnah, mengadu domba bahkan untuk berdamai. Disinilah peluang kenapa media juga bisa menjadi lahan untuk menyuburkan dakwah. Peluang diatas menunjukkan bahwa media ibarat sebuah kertas kosong, jika di tulis diatasnya dengan tinta berwarna hitam, maka hitamlah yang akan mendominasi warna kertas itu, jika merah demikian pula. Kesadaran ini telah membuat umat muslim melakukan berbagai cara untuk turut meramaikan media dengan menjadikan dakwah sebagai salah satu warna dominan di dalamnya. Akibat dari ini, lahirlah puluhan bahkan ribuan website yang berupaya menampilkan nilai-nilai islam sebagai brand mereka.

Timbulnya ribuan web islami ini satu sisi merupakan tanda lahirnya era dakwah baru yang lebih efektif dan mudah di akses. Seseorang dalam hitungan detik bisa menemukan jawaban terkait kegelisahannya dalam masalah keislaman hanya dengan menulis beberapa huruf di monitor telepon genggamnya. Dengan demikian, seorang tidak perlu lagi berlama-lama untuk duduk bertanya kepada seorang ulama, atau membukan puluhan kitab di dalam perpustakaan. Begitu juga, seorang yang terlalu sibuk dan ingin memperoleh sesuatu dengan cepat serta efesien waktu dan biaya, hanya dengan menekan tombol bisa di peroleh. Media telah mempermudah, memperdekat bahkan mempersingkat segala aktiftas seseorang. Dan banyak lagi manfaat media yang oleh sebagian orang disamakan dengan kenikmatan surga, apapun yang kita inginkan, media bisa memenuhi dengan kapasitasnya.

Demikian itu adalah sisi baik dari media, anak-anak NU di tantang untuk peka terhadap media terutama dalam rangka mengawal dan menjadikannya sebagai lahan subur untuk berdakwah Aswaja. Di sisi lain, anak NU juga harus waspada dengan berbagai kelebihan media dalam menyampaikan pesannya. Pesan keislaman yang bertabur di dalamnya satu sisi merupakan ancaman terhadap islam itu sendiri. Sikap asal share terhadap situs-situs yang tidak menampilkan islam sebagaimana mestinya merupakan sebuah permasalahan serius yang kali ini sedang melanda. Akibatnya, kerusakan pemikiran menjadi konsekuensi yang tidak terhindari.

Sebagai kader NU, tentu kita sangat meyakini dengan tulus bahwa dakwah NU adalah dakwah yang diajarkan oleh salafunassholih baik sanad maupun materinya. Dengan demikian, sudah menjadi fardhu ain bagi kita untuk senantiasa menjaga dakwah. Dakwah yang di berikan oleh ulama-ulama sholih yang telah mengajarkan dengan baik bagaimana seorang mesti ber-islam. Kehadiran media saat ini menjadi anugrah sekaligus ancaman tersendiri bagi kader muda NU bagaimana mereka berdakwah di sisi lain dan mempertahankan kebenaran di sisi yang berbeda. Media telah membidani lahirnya beberapa situs-situs yang seolah-olah islami, namun ternyata di sisi lain jauh dari nilai islam Aswaja sebagaimana di bawa oleh ulama-ulama khususnya ulama nahdhyyin. Disinilah anak muda NU di tuntut agar multi hati-hati dalam mengakses informasi yang ada di media. karna tidak semua media menampilkan rona dakwah yang benar-benar dalam pendulum aswaja, banyak sekali media-media dakwah yang berbau-bau islam, ternyata isinya adalah hasutan yang berporos pada rasis, sentimen kultur, serta efek demografi dari mayoritas. Semua itu terbungkus indah, dengan berbagai macam dalil baik aql (Qiyas, ijma) maupun naql (al-Quran, hadits). Tapi ketika telaah dengan baik, terkadang yang demikian menimbulkan sebuah efek yang berpotensi pada mengemukanya sebuah pemahaman keislaman yang sama sekali tidak bersahabat. (M.H.M)

: Tajuk secretariat PMII IAIN Ptk

Check Also

CERDAS SPIRITUAL DALAM BERKOMUNIKASI DI MEDIA

Oleh: BUHORI, M.Pd. Sejak tahun 1964, Marshall McLuhan (w.1980), telah memprediksi bahwa suatu saat akan …

Tinggalkan Balasan