PONTIANAK, NUKHATULISTIWA – Mahfud MD mengatakan, dalam sebuah negara, sosok pemimpin tidak hanya dituntut bisa menjaga toleransi, tapi juga mampu menjunjung keadilan.
“Karena sering sekali pemerintah itu meneriakkan toleransi, tapi keadilan tidak dijalankan. Tidak bisa,” ujarnya saat menjadi keynote speaker pada acara Kalbar Local Leaders Dialogue (KLLD), di Grand Mahkota Hotel, Pontianak, Kamis (29/12) pagi.
Berkenaan dengan pemimpin yang adil, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi(MK) ini menjelaskan, bahwa keadilan seseorang tidak bisa diukur dari latar belakang agama.
Pemimpin muslim sekalipun, terang dia, apabila tidak mampu berlaku adil, maka akibatnya dapat menghancurkan negara yang dipimpinnya.
“Nabi Muhammad mengatakan, sebuah negara sejak dulu dan sampai kapanpun akan hancur, kalau keadilan tidak ditegakkan, apapun agamanya,” ujar pria kelahiran Sampang, Madura ini, mengutip makna hadits.
Ia melanjutkan, Sayidina Ali pernah berkata, Tabqa addaulatul ‘adilah wa in kanat kafiratan. Wa tafna addaulatuz zalimah wa in kanat muslimatan.
“Kamu lihatlah sejak dulu itu sampai besok kapanpun, kata Sayidina Ali menerjemahkan hadits Nabi Muhammad, akan kuat dan abadi suatu negara yang adil meskipun pemimpinnya kafir. Tetapi akan hancur suatu negara yang tidak adil, meskipun pemimpinnya muslim,” kata Mahfud mengartikan perkataan menantu sekaligus sahabat Nabi itu.
Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Kabinet Persatuan Nasional ini menegaskan, apa yang disampaikannya ini adalah dalam konteks pemimpin yang adil.
“Saya tidak ingin mengatakan Anda (harus) memilih orang kafir, itu soal lain. Saya bicara keadilan, bukan bicara soal agama pemimpin (pemimpin agama),” terangnya.
“Oleh sebab itu, kalau orang Islam mau berjuang, jangan sekadar mempersoalkan agama. Tapi orang (pemimpin) itu bisa adil atau tidak,” tutup pria yang pernah nyantri di Al-Mardhiyyah, Waru, Pamekasan, Madura ini. (umar)